Aksi IWD 2022: Momentum Suarakan Hak Perempuan
Sumber gambar: Dok/LPM Progress/Danil Dwi Saputra
LPM Progress - Hari itu, tepat pada Selasa, 8 Maret 2022, Patung Kuda Arjuna Wijaya yang berada di kawasan Silang Monas Jakarta, dibanjiri oleh banyak perempuan dan laki-laki. Berbagai poster, tulisan, gambar, diacung-acungkan ke langit. Aksi ini digelar dalam rangka memperingati International Women’s Day.
Aksi ini berlangsung sejak pukul 09.30 WIB. Berbagai lapisan masyarakat turut hadir meramaikan aksi yang diberi tema #BreakTheBias.
Di bawah teriknya sinar matahari Jakarta hari itu, massa aksi mengajukan dua tuntutan kepada pemerintah. Pertama, massa aksi menuntut pemerintah untuk segera mengesahkan RUU TPKS (Tindak Pidana Kekerasan Seksual) yang pro terhadap penyintas. Kedua, massa aksi meminta pemerintah untuk mewujudkan sistem perlindungan sosial yang tidak diskriminatif dan inklutif, serta menjamin setiap orang untuk bebas dari kemiskinan. Menurut Annisa Surya dari Perempuan Mahardika, jaminan sosial bukan hanya identik dengan BPJS, tetapi jaminan sosial secara luas mencakup berbagai hak-hak yang sudah tertulis secara konstitusional, seperti hak-hak terhadap perempuan, disabilitas, dan rakyat. “Kalau melihat ke korban-korban kekerasan seksual, perlindungannya masih sangat minim. Skema perlindungan untuk mendapatkan jaminan sosialnya masih sangat kurang, makanya itu (jaminan sosial) yang kita tekan juga,” ujar Annisa.
Selain orasi, aksi ini juga diisi dengan menyanyi, penggiringan monster gurita yang dibawa oleh massa aksi sebagai simbol dari oligarki, dan pembacaan statemen mengenai keberadaan kekerasan seksual oleh setiap perwakilan organisasi yang hadir.
Yang berbeda kali ini, para massa aksi saling mewarnai pakaian yang dikenakannya dengan berbagai warna yang dituangkan ke telapak tangan mereka, lalu menjiplakannya. “Jadi, cap tangan itu sering kali menjadi lambang untuk melawan kekerasan seksual, melawan pembungkaman. Kalau ini istilahnya, tangan-tangan kotor yang kena di baju teman-teman sebagai simbolis tubuh, karena kan kekerasan seksual sering juga fisik, selain verbal atau non fisik," terangnya.
Berbagai poster terlihat berserakan di tempat kejadian aksi. Tulisan-tulisan pada poster mencerminkan harapan-harapan mereka, salah satunya; bebas dari kekerasan seksual.
Penulis: Danil Dwi Saputra
Editor: Dwi Kangjeng