Apakah Kamu Terjebak dalam Generasi Sandwich?

Apakah Kamu Terjebak dalam Generasi Sandwich?

Sumber gambar: Ilustrasi oleh Muftihah Rahmah

 

Istilah generasi sandwich sudah ada sejak tahun 1981. Ketika itu, Dorothy Miller menulis buku yang berjudul The Sandwich Generation: Adult Childhood on The Aging. Lalu, apa sih sebenarnya generasi sandwich itu?

Sederhananya begini, kalian lihat roti yang di tengahnya ada berbagai macam isian. Generasi sandwich ini diibaratkan seperti isian roti yang terhimpit oleh roti bagian atas dan roti bagian bawah. Dengan kata lain, generasi sandwich adalah seseorang yang berada di situasi di mana harus merawat dua generasi, yakni orang tuanya dan anak-anaknya.

Situasi seperti ini sebenarnya kurang menguntungkan dan juga tidak menyehatkan bagi yang menjalaninya. Situasi semacam ini dapat mengurangi kualitas hidup seseorang. Kemungkinan terburuknya juga bisa mengurangi kualitas hidup di generasi selanjutnya, sebab situasinya terus berulang.

Apa sih yang membuat generasi sandwich menjadi situasi yang kurang sehat dan bagaimana dampaknya pada orang yang mengalaminya?

Dalam tesis Steiner, Allison, "The Lived Experiences of Sandwich Generation Women and Their Health Behaviours" (2015), ada beberapa dampak negatif bagi yang mengalami situasi generasi sandwich. Pertama, berkurangnya waktu dengan keluarga, karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkerja dan memenuhi kebutuhan finansial dua generasi.

Kedua, ada kecenderungan menutup diri di kehidupan sosial, karena berkurangnya waktu untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar. Hal ini dapat membuat seseorang sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya kelak.

Ketiga, menimbulkan kemarahan dan frustasi dalam diri. Terutama bagi perempuan dengan stereotip bahwa merawat anggota keluarga adalah tugasnya perempuan. Banyak hal-hal baru dan melelahkan yang harus dialami ketika merawat dua generasi.

Keempat, menyesali kurangnya pemenuhan kebutuhan untuk diri sendiri. Lebih mendahulukan kesehatan keluarga ketimbang diri sendiri. Bahkan tidak memperhatikan nutrisi di dalam makanan yang dimakan, dan lebih mementingkan fakta bahwa perutnya akan kenyang apapun makanannya.

Alasan terakhir, bertemu dengan titik terberat dalam merawat dua generasi seperti kelelahan. Kelelahan karena terhimpit dua generasi merupakan hal yang wajar. Dapat disimpulkan, bahwa pola yang mungkin terjadi ketika terjebak dalam generasi sandwich adalah burnout/kelelahan, depresi, rasa bersalah dan berakhir mengisolasi diri.

Lalu apa yang bisa menyebabkan seseorang terjebak dalam generasi sandwich?

Pada hakikatnya, permasalahan generasi sandwich dimulai ketika seseorang belum mempersiapkan kebutuhan finansial di masa tua. Selain itu, bisa juga karena keturunan dari generasi sandwich sebelumnya, yang akhirnya generasi tersebut begantung pada generasi selanjutnya.

Sebagai generasi sandwich kita harus memutus rantai generasi sandwich tersebut, dengan mulai peduli terhadap dua jenis penghasilan (penghasilan pasif dan penghasilan aktif). Hal ini dapat dimulai dengan mempersiapkan investasi kesehatan dan pendidikan yang seimbang, serta memiliki gaya hidup yang sewajarnya. Agar kelak dapat mandiri secara finansial, dan dapat mempersiapkan kehidupan di hari tua.

Memang sudah seharusnya bagi anak untuk merawat orang tua, yang mungkin sakit atau mungkin tidak memiliki kemampuan untuk melakukan banyak hal dan butuh bantuan dari segi finansial. Namun di sisi lain, ada pula keharusan untuk memenuhi kebutuhan finansial, jasmani, dan emosional anak. Tetapi bagaimanapun juga, saya menyebut situasi ini sebagai situasi 'berkah'. Bagaimana enggak berkah, bayangkan ketika setiap anggota keluarga dari dua generasi sedang ibadah, pasti akan mendoakan hal yang baik-baik seperti; lancar rezekinya dan sehat badannya.

 

Penulis: Muftihah Rahmah

Editor: Dwi Kangjeng