Belajar Mengerti Batasan Diri Melalui Buku “Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat”
Judul Asli : The Subtle Art of Not Giving F*ck
Judul : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Penulis : Mark Manson
Kategori : Self Improvement
Penerjemah : F. Wicaksono
Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Tahun Terbit : 2018
ISBN : 978-602-452-698-6
Tebal Buku : 246 halaman
Buku yang bersampulkan warna oranye ini diungkapkan dengan judul yang memberi kesan ketidak pedulian terhadap hal apapun yaitu kalimat yang sering diucapkan pada saat kita tidak ingin terlalu ambil pusing dalam suatu hal apapun. “Bodo amat, ah!” membuat para pembaca semakin penasaran atau malah berpikir tidak penting saat pertama kali melihat buku “SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT” karya Mark Manson ini.
Berbeda dengan kebanyakan buku self improvement yang menyarankan kita untuk selalu peduli terhadap sesama manusia, kehidupan, waktu, atau dengan suatu hal apapun. Buku ini justru memberikan kunci bahwa untuk menjadi orang yang lebih kuat, lebih bahagia adalah dengan mengerjakan segala tantangan dengan lebih baik dan berhenti memaksa diri untuk menjadi “positif” di setiap saat.
Baca juga: 'Positive Vibes' yang Tidak Selamanya Positif
“Jangan Berusaha” adalah bab pertama yang menceritakan seorang yang bernama Charles Bukowski. Ia bercita-cita menjadi seorang penulis terkenal namun karya-karyanya selalu ditolak oleh hampir di setiap majalah, jurnal-jurnal, dan penerbit lainnya. Semua penerbit tersebut tidak mau menerbitkan karyanya dengan alasan tulisannya yang kasar, menjijikkan, dan tidak bermoral. Bukowski mempunyai masa lalu yang kelam, suka mabuk-mabukan, berjudi, mempermainkan wanita, kasar, tukang hutang. Namun, pada akhirnya ada seorang editor yang tertarik sehingga editor tersebut mau membantu Bukowski untuk menerbitkan karyanya. Meskipun Bukowski telah dibantu dan menjadi sukses, ia tetap bertahan dengan pendirian dan kenangan masa lalu kelamnya karena ia merasa “nyaman” pada cerminan dirinya yang dianggap sebagai sebuah kegagalan. Kecerdasan dalam tulisannya bukan soal memanfaatkan peluang yang luar biasa atau mengembangkan dirinya seorang sastrawan yang gemilang, namun yang ada cerita sepenuhnya tentang kejujuran pada diri sendiri, terutama mengakui hal-hal paling buruk yang ada pada dirinya dan membagikan perasaanya tanpa segan atau ragu melalui tulisan.
Di bab pertama, kita sudah dibuat terus bisa menjadi diri sendiri untuk selalu menyikapi kegagalan dan kesulitan yang dihadapi, bukannya menghindar atau mencari kebahagiaan yang lain.
“Anda tidak akan pernah bahagia jika Anda terus mencari apa yang terkandung di dalam kebahagiaan. Anda tidak akan pernah hidup jika terus mencari kehidupan. Atau dengan kata lain jangan berusaha" (Halaman 11).
Terdapat 9 bab yang memiliki kata singkat, nyeleneh, dan mungkin tidak ingin didengar seperti kalimat pada bab pertama. Buku ini mempunyai berbagai macam seni untuk bersikap "bodo amat" dengan cara yang elegan, namun sederhana. Diantaranya yaitu masa bodoh dengan kesulitan yang kita hadapi untuk mencapai tujuan, selalu menikmati hal itu, atau merubah kata kesulitan menjadi sebuah proses. Lalu, buat skala prioritas, cari hal apa yang memang harus diprioritaskan agar bisa bersikap tidak peduli pada hal lain. Kemudian mempertegas kembali untuk mulai memilah mana yang penting dan mana yang tidak, meskipun hal yang penting ini bersifat sederhana. Namun kita bisa bahagia dengan kesederhanaan itu.
Selain Charles Bukowski, masih banyak kisah dan pengalaman hidup seperti: seorang pangeran yang memilih hidup di jalanan; Hiroo Onoda yang tetap berjuang dan hidup bepuluh-puluh tahun di hutan meskipun sudah tidak ada lagi perang; kisah seorang gitaris Dave Mustaine yang berhasil sukses dan membalaskan dendam kepada grup band rock yang telah membuangnya di masa lalu yaitu Metallica, namun ia masih tetap tidak bahagia. Atau membaca ocehan-ocehan si Panda Nyinyir saat ia pergi dari pintu ke pintu sambil berkata:
“Tentu menghasilkan banyak uang membuat Anda merasa senang, namun itu tidak otomatis membuat anak-anak Anda mencintai Anda”;
atau “Jika Anda ditanya apakah Anda mempercayai istri Anda, mungkin hati kecil Anda menjawab tidak” (Halaman 31).
Lalu setelah itu, Panda Nyinyir berkata kepada tuan rumah semoga harinya menyenangkan dan berlenggang ke rumah berikutnya.
Dengan beberapa contoh kisah hidup sederhana yang dibahas, menjadikan buku ini memiliki kesan realitas yang sangat jujur. Bukan mengenai kebahagiaan tapi memperlihatkan rasa takut, kesakitan, kesulitan, ketakutan, dan kegagalan yang kita terima untuk menjadi sukses dan bahagia.
Para tokoh yang dihadirkan pun tidak hanya orang-orang sukses. Buku ini lebih banyak mengambil contoh kisah orang-orang yang gagal—dalam perspektif kebanyakan kita—namun Mark Manson membungkusnya menjadi seperti kisah orang yang telah sukses memenangkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kadang juga ia mengambil contoh langsung dari kehidupan pribadinya. Seperti pengalaman Mark depresi, merasa bersalah, dianggap tidak berguna oleh orang lain, hingga pengalaman keliling 55 negara yang membuatnya mendapatkan banyak inspirasi yang akhirnya tertuang menjadi tulisan-tulisan dalam buku "Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat".
Kelebihan
Sampul buku yang sangat unik dan sederhana dengan dominasi warna oranye dan judul buku yang menarik sehingga membuat para pembaca menjadi lebih tertarik serta tidak bosan untuk melihatnya.
Meskipun bahasa dan isinya yang sedikit nyeleneh, tapi menjadikan buku ini lebih menginspirasi dan memotivasi dengan cara yang berbeda, sehingga seseorang tidak akan mau lagi atau akan berpikir seribu kali untuk melakukan hal bodoh secara berulang pada dirinya.
Jumlah halaman buku juga tidak terlalu tebal, sehingga tidak menghabiskan cukup banyak waktu untuk menyelesaikannya.
Kekurangan
Ada beberapa terjemahan yang membuat pembaca bingung untuk meluruskan maksud atau tujuan dari kalimat, sehingga harus dibaca berulang kali agar mendapatkan makna yang jelas dari kalimat tersebut.
Beberapa bab atau sub-bab yang tidak langsung menemui klimaksnya, namun malah ditemukan di bab sebelum atau sesudahnya.
Gaya bahasa atau tulisannya yang berat serta makna yang absurd membuat para pembaca harus lebih detail memahami kalimat-kalimat tersebut.
Tidak seperti kebanyakan buku pengembangan diri lainnya, buku ini sama sekali tidak memuat ilustrasi, gambar, dan font yang istimewa, sehingga dapat membuat jenuh pembaca.
Kesimpulan
Mark Manson adalah blogger kenamaan New York dengan jutaan pembaca. Dia memulai kiprahnya di dunia digital tahun 2009 dan Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat" merupakan buku pertamanya. Buku yang berjudul asli ”The Subtle Art of Not Giving a F*ck” ini membuat pembaca sadar untuk lebih bisa menerima segala kekurangan hidup serta dapat menyortir hal-hal yang memang pantas untuk dibahagiakan dan hal-hal yang pantas untuk dipedulikan.
Dengan cara pendekatan yang waras dan menjanjikan, menjadikan buku ini sebagai tamparan yang menyegarkan untuk kita semua. Agar kita bisa mulai menjalani kehidupan yang lebih memuaskan dan apa adanya.
Penulis : Imam Wahyudin
Editor : Abdullah Hamid