Geopark Ciletuh, Surga Tersembunyi di Sukabumi
Taman Nasional Ciletuh-Palabuhanratu, merupakan tempat wisata baru di Sukabumi, provinsi Jawa Barat sekaligus merupakan Geopark Nasional Indonesia yang telah diakui oleh United Nations Educational Scientific, Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2015 silam.
Destinasi wisata Geopark Ciletuh, tempat istimewa bagi para pecinta alam. Bagaimana tidak, di sana terdapat berbagai tempat yang menyuguhkan keindahan alam mulai dari pantai, laut, puncak gunung, hingga banyaknya air terjun yang memukau mata. Dengan mengunjungi Geopark Ciletuh, kita bisa mempercayai ungkapan 'Indonesia adalah secuil dari surga di Bumi'.
Selain itu, destinasi wisata Geopark Ciletuh juga merupakan sebuah konsep manajemen pengelolaan yang menyerasikan keragaman geologi, hayati, hingga budaya melalui prinsip konservasi edukasi pembangunan berkelanjutan. Dengan luas wilayah 128 ribu hektar yang terbagi dari 8 kecamatan di wilayah Sukabumi.
Atas dasar warisan geologi yang luar biasa, dengan keanekaragaman hayati dan budaya serta memiliki lanskap alam yang istimewa. Alam asri dan natural menjadi daya tarik pengunjung yang tidak boleh dilewatkan. Terlebih lagi, destinasi wisata di Geopark Ciletuh banyak yang belum tersentuh teknologi, masih alami, sehingga begitu mengesankan.
Banyak sekali orang-orang yang telah mengakui keindahan alam dari tempat tersembunyi di Sukabumi ini. Geopark Ciletuh seolah menjadi paket paling lengkap sebagai destinasi wisata. Mulai dari pantai, sungai, air terjun, hingga gunung disertai pemandangan yang indah.
Bagi pecinta wisata alam, Geopark Ciletuh harus menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dituju. Pada musim liburan, seperti tahun baru atau libur lebaran banyak pengunjung yang datang untuk menikmati keindahannya. Bukan hanya indah, di sana pengunjung juga ditawarkan berbagai suguhan menarik wisata alam.
“Ada sekitar 32 titik tempat wisata di sini, semua tempat memiliki keindahan yang menakjubkan. Sayang, kalau di sini hanya sebentar. Minimal 2 malam 3 hari lah untuk menginap. Itu juga tidak semua tempat bakal habis dikunjungi,” ujar Atif, salah satu pengunjung wisata Geopark Ciletuh.
Banyaknya destinasi wisata yang memiliki daya tarik tersendiri membuat pengunjung harus memiliki agenda untuk dapat mengunjungi setiap destinasi wisata yang ada di Geopark Ciletuh ini.
Berikut, merupakan beberapa destinasi wisata Geopark Ciletuh yang paling sering dikunjungi:
- Pantai Ujung Genteng
Pantai Ujung Genteng, memiliki pasir putih dengan pantai yang landai dan garis yang panjang serta ombak yang eksotis.
Bukan hanya bersantai, berjemur atau hanya bermain di pantai. Pengunjung tentunya dapat mengabadikan momen di sini dengan berfoto ria, mengingat pemandangannya yang asri dan indah. Sore menjelang malam, pengunjung bisa menikmati sunset yang akan memukau mata.
- Puncak Darma
Puncak Darma menjadi lokasi favorit bagi pengunjung di destinasi wisata Geopark Ciletuh. Dengan ketinggian lebih dari 230 mdpl, pengunjung dapat menyaksikan keindahan pantai dan samudra yang luas di satu sisi, dan hutan serta Air Terjun Geopark Ciletuh di sisi lain.
Dari Puncak Darma, pengunjung dapat menikmati pemandangan yang eksotis, mulai dari perpaduan sawah dan hijaunya hutan, aliran sungai dan birunya laut membuat siapa saja yang melihatnya akan terbius keindahannya. Terlebih lagi ketika datang di waktu sunrise, pemandangannya akan lebih eksotis.
- Curug Cimarinjung
Curug Cimarinjung merupakan salah satu destinasi wisata Geopark Ciletuh yang wajib dikunjungi. Kemegahan dan kealamian Curug Cimarinjung dengan panorama alam yang tetap terjaga sehingga menjadi daya tarik bagi pengunjung.
Keistimewaan lokasi ini bukan hanya pada pemandangan aliran airnya saja, tetapi juga tebing-tebing dengan warna merah kecokelatan dengan selingan tumbuhan hijau yang menempel di permukaannya, menjadi pemandangan yang bisa dinikmati.
Berdiri beberapa meter dari aliran air terjun sembari menikmati bebatuan alam dan pepohonan yang tumbuh di sekitar curug tentu akan memberikan hiburan tersendiri.
Suasana pedesaan yang masih alami, juga menjadi magnet untuk mengunjungi air terjun yang memiliki ketinggian lebih dari 50 meter itu. Debit air yang cukup melimpah dari Sungai Cimarinjung membuat pengunjung tertarik untuk bermain air sambil menikmati kesegarannya.
- Curung Cingangsa
Masih di destinasi wisata Geopark Ciletuh, Curug Cingangsa memiliki 3 tingkatan aliran air. Dengan debit yang relatif kecil sehingga menjadi daya tarik tersendiri.
Aliran air terjun pada bebatuan tampak seperti meleleh, dan memberi kesan seolah air tersebut seperti tirai, menjadikan pengunjung betah untuk berlama–lama di sana. Sembari menikmati pemandangan dan bermain air tentunya, pengunjung tidak boleh lupa untuk mengabadikan momen eksotis di sini.
- Curug Awang
Bagi pengunjung yang ingin melihat pemandangan layaknya di luar negeri, Curug Awang bisa dijadikan alternatifnya. Karena, Curug Awang diklaim mirip dengan Air Terjun Niagara di New York, Amerika Serikat.
Pesona dari Curug Awang ketika musim hujan adalah debit air yang deras hingga bisa menutupi seluruh tebing. Hal inilah yang menjadi penyebab curug ini disebut mirip dengan Niagara.
Berbanding terbalik ketika musim kemarau, keindahannya justru semakin terlihat. Sebab, pengunjung dapat melihat dua air terjun di pojok yang terimpit barisan tebing warna merah yang berpadu dengan warna air keruh kecokelatan dan birunya langit.
Walaupun destinasi wisata Geopark Ciletuh jauh dari pusat kota, pemandangan selama perjalanan ketika di kawasan ini sungguh menakjubkan, “Perjalanan ke Geopark Ciletuh sangat cantik, terlebih lagi ketika siang hari. Bisa sambil menikmati pemandangannya,” jelas Athif.
Perjalanan ke Geopark Ciletuh memang disarankan untuk dilakukan pada siang hari, sebab pemandangan eksotis selama perjalanan bisa lebih jelas terlihat. Berbeda dengan malam hari, jalanan yang berkelok dan jauh, cukup berbahaya bagi pengendara jika tidak berhati-hati.
Bagaimana pun, setelah menempuh perjalanan tersebut, sesampainya di lokasi wisata tentu akan terbayarkan oleh panorama yang disuguhkan. Jadi, tertarik untuk ke sini?
Penulis : Selly Ardiyati
Editor : Nurulita