Pandemi Mencekik, Pedagang Sekitar Kampus Meronta
Ket. Gambar: Usaha fotocopy yang berlokasi di sekitar Kampus B Unindra, Pasar Rebo, Jakarta Timur.
LPM Progress - Covid-19 sudah menyebar ke seluruh dunia selama hampir 1 tahun. Memberikan banyak dampak, mulai dari lumpuhnya ekonomi hingga seluruh aktivitas ikut berhenti. Terhitung kurang lebih delapan bulan sejak pihak lembaga mengeluarkan surat edaran terkait kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring. Perubahan sistem belajar mengajar yang awalnya dilakukan secara tatap muka, berubah menjadi secara daring. Perubahan tersebut bukan hanya berpengaruh terhadap mahasiswa saja, akan tetapi berpengaruh pula terhadap pedagang yang berdagang di sekitar kampus Universitas Indraprasta PGRI (Unindra).
Seperti yang dialami Wahyu, salah seorang karyawan fotokopi di dekat parkiran atas kampus B gedong. Ia mengatakan bahwa pendapatan toko fotokopi mengalami penurunan yang sangat signifikan. Laki-laki berusia 26 tahun ini menyatakan bahwa pendapatannya jauh berbeda dengan sebelum adanya pandemi.
“Omzet sangat jauh berbeda dari sebelum pandemi, kalo sebelum pandemi paling kecil bisa dapat 1.000.000 per harinya, bahkan paling gede bisa sekitar 3.000.000 - 4.000.000 per hari nya, sedangkan kalo pas pandemi kita cuma bisa dapat 20.000 per harinya,” ujar Wahyu saat di wawancara (18/11).
Setelah melihat kenyataan yang seperti ini, Wahyu kini melakukan perubahan jam operasional toko. Jika biasanya buka pada pukul 08.00 WIB dan tutup pukul 21.00 WIB, kini hanya buka pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB.
Nasib serupa dialami oleh Tarmizi (39), pemilik usaha warung kopi di sekitar kampus Unindra, ia mengatakan bahwa semenjak diadakan kebijakan untuk melakukan belajar secara daring, ia pun turut merasakan dampaknya.
“Semua berpengaruh dari segi apapun, sekarang kita makan dari mana kalo tidak ada pemasukan. Listrik harus beli, kontrakan juga harus bayar. Pendapatan pun sekarang cuma seratus ribu, kadang juga seratus ribu ga nyampe. Kalo sebelum pandemi ya paling per hari bisa sebesar 1.200.000 omzetnya,” ungkap Tarmizi.
Bukan hanya pendapatan dari usaha warung kopi saja yang berimbas, tetapi bisnis kos-kosannya pun ikut berimbas. Pasalnya, karena tidak adanya kegiatan perkuliahan di kampus mahasiswa yang berasal dari luar kota memilih untuk kembali ke kampung halamannya, terlebih kondisi ini telah berlangsung cukup lama.
Wahyu dan Tarmizi berharap wabah Covid-19 ini cepat berakhir dan dapat beraktivitas kembali seperti biasa, sehingga usaha yang dikelola berjalan lancar seperti sedia kala dan penghasilan pun kembali normal.
Reporter : Aulia Puspita Sari
Penulis : Aulia Puspita Sari
Editor : Nira Yuliana