Terbebani Operasional Kampus, Mahasiswa Jangan Tuntut Subsidi Kuota

Terbebani Operasional Kampus, Mahasiswa Jangan Tuntut Subsidi Kuota

Ket.Gambar : Ilustrasi Subsidi Kuota. Konten Kreatif LPM Progress/Elia


LPM Progress – Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) melalui surat edaran nomor 302/E.E2/KR/2020 tentang Masa Belajar Penyelenggaraan Program Pendidikan, tertanggal 31 Maret 2020 mengimbau kepada seluruh Pimpinan Perguruan Tinggi agar menjalankan ketentuan-ketentuan selama kuliah daring diberlakukan.

Salah satu poin imbauannya merupakan, agar Perguruan Tinggi dapat membantu kelancaran mahasiswa dalam melakukan pembelajaran dari rumah. Penghematan biaya operasional penyelenggaraan pendidikan, seperti; biaya listrik, anggaran rumah tangga, dan lainnya, yang diperoleh selama dilakukan pembelajaran daring agar dialokasikan untuk subsidi pulsa koneksi pembelajaran daring kepada mahasiswa dan dosen.

Universitas Indraprasta PGRI (Unindra), telah menerapkan kuliah online sejak tanggal 30 Maret—31 Mei dan akan ditinjau kembali sesuai kondisi.

Berdasarkan angket mandiri yang dilakukan oleh Tim Litbang LPM Progress pada tanggal 31 Maret—6 April, terdapat 2.374 mahasiswa dari 2.655 responden atau sekitar 7% dari total jumlah mahasiswa Unindra sebanyak ±37.000 orang. Hasil tersebut menyatakan selama kuliah online, terjadi peningkatan kebutuhan kuota internet. Sedangkan, di tengah kondisi pandemi ini berdampak pada ekonomi keluarga dan negara yang tidak stabil.

Menurut pantauan LPM Progress, terdapat banyak poster tersebar di media sosial mahasiswa yang menyatakan tuntutan “Pemberian fasilitas kuota internet atau kembalikan uang SPP”. Mereka menganggap bahwa kuliah online membutuhkan pengeluaran yang lebih.

 

Screenshot status Whatsapp salah satu mahasiswa Unindra


Margiana, mahasiswi Pendidikan Matematika semester 6, mengaku dirinya membutuhkan pulsa internet lebih banyak selama menjalankan kuliah online. Ia harus melihat video pembelajaran yang dikirim oleh dosen. Kadang, ada pula tugas untuk membuat video oleh dosen, hal tersebut membuat pengeluaran kuota internetnya cepat habis. Sedangkan, untuk media yang digunakannya selama kuliah daring antara lain; WhatsApp, Schoology, Classsroom, dan Zoom. 

”Kadang harus bergadang biar bisa mengirim [tugas] pake kuota malam,” ujarnya saat dihubungi melalui pesan singkat (19/4).

Senada dengan Margiana, Pirmansyah mahasiswa Teknik Industri semester 8, selama kuliah online ia juga terkendala dengan kuota internet. Pirmansyah diminta dosennya untuk menggunakan Classroom dan Email dalam mengikuti perkuliahan daring. Sedangkan, ia hanya memiliki kuota chatting yang hanya dapat digunakan untuk mengakses aplikasi WhatsApp – seharga Rp5.000,00. Apabila ada subsidi kuota internet, ia merasa akan terbantu.

 “Sepakat, membantu sekali,” katanya saat dihubungi melalui pesan singkat (19/4).

Riko selaku dosen program studi Informatika, menyatakan bahwa sejauh ini ia belum membutuhkan subsidi kuota internet untuk mengajar kuliah online. Karena penggunaan kuota internetnya masih relatif sedikit, sebab ia mengajar hanya menggunakan platform WhatsApp grup dan Email.

“Selama hanya via WhatsApp grup dan Email, Insyaallah cukup, Mas. Cukup dari duit pribadi,” tuturnya saat dihubungi melalui pesan singkat (19/4).

Rektor Unindra, Sumaryoto menanggapi imbauan Dirjen Dikti dan keluhan mahasiswa. Menurutnya, Unindra tidak akan memberikan subsidi kuota internet maupun dispensasi pembayaran SPP. Hal tersebut tidak mungkin dilakukan karena SPP yang dibayarkan relatif murah sehingga keuangan kampus sangat terbatas. Meskipun diberlakukan kuliah online, penghematan biaya operasional Unindra tidak begitu signifikan. 

Selain itu, pendapatan kampus berkurang karena banyak mahasiswa yang belum membayarkan uang SPP dalam waktu dua bulan terakhir.

“Yang membayar belum mencapai 1.000 orang,” ujar Sumaryoto, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat (17/4). Menurut Sumaryoto, hal ini menyebabkan lembaga mengalami defisit atau kekurangan keuangan yang relatif besar.

Solusi alternatif yang diberikan oleh kampus untuk membantu mahasiswa dalam menjalankan kuliah online, ialah dengan mengimbau kepada dosen agar melakukan kuliah online melalui WhatsApp Grup saja. 

“Sudah diputuskan dengan pertimbangan kondisi mahasiswa bahwa media yang direkomendasikan adalah WhatsApp Grup,” tegas Sumaryoto, saat dihubungi melalui pesan singkat (17/4).

 


Reporter   : Pragha Mahardhika. T
Penulis      : Achmad Rizki Muazam
Editor        : Nurulita