Wastafel Sensor, Inovasi Karya Mahasiswa Prodi Fisika di Tengah Pandemi
Sumber gambar: Dok/LPMProgress/Ainur
LPM Progress - Walaupun pandemi Covid-19 belum juga usai, tetapi Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) tidak luput dari prestasi yang dicapai oleh mahasiswa. Contohnya prestasi yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi (Prodi) Fisika. Prestasi yang dibawakan oleh mahasiswa Prodi Fisika yaitu pembuatan wastafel sensor.
Seperti yang kita ketahui, pada saat pendemi seperti ini kita sebagai masyarakat dianjurkan untuk menjalankan protokol kesehatan. Pembuatan wastafel sensor ini merupakan salah satu bentuk untuk menjalankan protokol kesehatan karena dengan adanya wastafel sensor ini, siapa pun yang mendatangi Kampus Unindra sewaktu mencuci tangan, tidak akan menyentuh tempat cuci tangan itu secara langsung.
Yusuf selaku Kepala Laboratorium Fisika mengatakan, bahwa pembuatan wastafel sensor ini sudah direncanakan dari pertengahan Covid-19. Ia mengatakan, awalnya wastafel ini dibuat hanya untuk dipakai di laboratorium saja tetapi Rektor Unindra, yaitu Sumaryoto mengatakan agar pembuatan wastafel sensor ini diperbanyak untuk keperluan kampus.
Untuk jumlah wastafelnya sendiri, Yusuf menuturkan bahwa ia dan tim membuat lima unit wastafel sensor. Untuk penempatannya, dua unit yang tersedia di Kampus A, satu unit tersedia di Kampus B, sedangkan untuk dua unitnya lagi tersedia di Kampus Unindra yang terletak di Sawangan, Depok.
Saat ditanyakan pada 29 Juni perihal penambahan wastafel, Yusuf menuturkan wastafel sensor akan ditambah apabila perkuliahan diadakan offline. Selain itu, anggaran dalam pembuatan satu wastafel untuk komponen, yaitu kerangka besi penyangga serta biaya lainnya adalah Rp300.000-500.000,-. Jika ditoltalkan untuk satu unit wastafel menghabiskan biaya kurang lebih Rp2.000.000,-.
Pengerjaan wastafel ini pun menghabiskan waktu 7 hari, sedangkan untuk penelitiannya membutuhkan waktu dua bulan dengan tim berjumlah tiga orang dibantu dengan teknisi dari Unindra.
Yusuf menuturkan bahwa kendala dalam pembuatan wastafel ini adalah pembuatannya berada di luar ruangan sehingga komponennya terkena hujan dan bisa membuatnya error, namun dapat diatasi dengan kerja sama tim.
"Kendala dalam pembuatan wastafel ini muncul karena pembuatannya berada di luar ruangan, banyak komponen yang terkena hujan dan juga angin dikarenakan pembuatan wastafel ini menggunakan sensor ultrasonik. Jika gelombangnya terkena angin akan membuat pemakaian wastafelnya error, namun semua kendala tersebut dapat teratasi dengan tim," ungkap Yusuf.
Kekurangan dari wastafel sensor ini adalah tidak terdapat penutup pada wastafel sensor, sehingga sering error karena pada bagian bawah sensor terkena angin serta ada beberapa komponen yang bergeser.
"Untuk kekurangan dari wastafel sensor ini, dikarenakan tidak ada penutup pada wastafel sensor, hal tersebut mengakibatkan sering error karena terkena angin di bawah penutup sensor, serta ada beberapa komponen yang sering bergeser," ujar Yusuf.
Wastafel sensor yang menjadi prestasi mahasiswa Prodi Fisika ini menadapatkan apresiasi dari Fajar selaku Biro Administrasi Umum. Ia berharap kedepannya agar mahasiswa Prodi Fisika dapat kembali memunculkan inovasi baru guna kepentingan bersama.
Wartawa: Maya Asthika Pujianty dan Ainur Rofiqoh
Penulis: Ainur Rofiqoh
Editor: Syntha Dolsar