Bukan Menyamakan, Hanya Mengenang Masa Lalu dan Merawat Ingatan (2018) - 1
Bukan Menyamakan, Hanya Mengenang Masa Lalu dan Merawat Ingatan (2018) - 1

Bukan Menyamakan, Hanya Mengenang Masa Lalu dan Merawat Ingatan (2018) - 1

Sumber gambar: Dok/LPM Progress

 

Barangkali sudah setahun tidak menulis di laman situs ini, seperti merasa pongah sebenarnya. Setelah banyak hal dilalui di organisasi ini, tidak menulis untuk laman situs ini seperti melupakan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilupakan. Organisasi ini sejak awal masuk, sebenarnya sangat terasa suasana kekeluargaannya. Pada organisasi ini juga banyak dari kami tumbuh termasuk aku seseorang bernama Yazid Fahmi (saya sendiri).

Pada awal keberadaanku di LPM Progress, satu-satunya yang aku ingat adalah sarana untuk melawan. Pengalamanku tentang dunia luar sudah sejak lama tumbuh, jiwa-jiwa pemberontakan untuk sebuah kekeliruan itu berapi-api. Untuk apa saja yang diletakkan bukan pada tempatnya dan kehilangan esensi tidak pernah bisa aku biarkan. Sederhana saja mungkin titik api itu mulai menyala, bukan sebagai api yang berkobar karena ada bahan yang mudah terbakar. Lebih tepatnya karena titik api itu dijaga dan dibuat besar untuk membakar lalu kembali dikendalikan untuk menghangatkan.

Tahun 2017 adalah permulaan itu terjadi, memasuki dunia perlawanan dengan gaya baru. Setelah sebelumnya berada dalam satu barisan dengan kawan-kawan buruh dan memulai dengan gerakan sosial di komunitas. Menjadi jurnalis kampus bukan pilihan yang awalnya diinginkan. Tekad yang terbentuk dengan banyaknya pengalaman pahit dan kerasnya hidup, membuatku menjadi biasa saja bertemu dengan banyak orang termasuk kawan-kawan di LPM Progress. Entah yang sudah senior ataupun yang satu angkatan denganku.

Sebenarnya tidak perlu panjang lebar menjelaskan Progress atau lebih dikenal dengan nama Media Kampus saat itu. Aku bisa mengatakan bahwa LPM Progress adalah rumah bagi mereka yang kehilangan tempat untuk bersandar, Progress adalah tempat paling nyaman untuk keluar dari hiruk pikuk keramaian, Progress adalah sebuah rumah untuk mereka yang pamit ke kampus dengan alasan menimba ilmu hanya untuk dapat datang ke sini dan Progress adalah saksi bisu bahwa setiap pikiran-pikiran itu pernah bertabrakan, untuk lalu disatukan.

Di sekretariat ini, sejak dulu aku tidak pernah merasakan kesepian. Selalu saja ada orang yang datang entah sekadar bersandar ataupun datang untuk merawat. Tak ada hari libur di Progress, bahkan ketika semua orang berkumpul dengan keluarga, kami memilih berkumpul di Progress. Sebegitu cintanya kami terhadap Progress, sedalam itu hingga tidak mampu melihat Progress mendapat ancaman.

Dahulu rumah ini menjadi wadah untuk menampung segala pemikiran kami. Segala keinginan yang kami tahu tidak mampu untuk diwujudkan sendirian. Kami bagikan untuk sebuah pencapaian bersama, untuk berbagi rasa sibuk dan waktu yang kami sama-sama rasakan bahwa dari itu semua akan ada kekonyolan yang tidak bisa dihindarkan. Sedikit atau banyaknya cita-cita organisasi ini bisa terwujud, mulai bisa bermimpi karena satu mimpi telah dicapai.

Kami tidak pernah meributkan sesuatu yang kami bisa. Karena kemampuan untuk mengerjakan itu sebenarnya ada pada mindset. Setiap harinya kami terus-terusan membahas dan mencoba tentang banyak cara, tentang segala macam kerja sama. Buat kami saat itu kegagalan bukanlah momok, melainkan itulah tanda bahwa kita sedang berada dalam jalur yang benar tentang keberhasilan.

Aku ingat betul bahwa perubahan saat itu sangat cepat. Mau, tidak mau; suka, tidak suka, kami harus mencoba terus beradapatasi menghantam segala perbedaan yang ada. Tidak sedikit teman-teman satu perjuangan mulai tertinggal, kami yang masih dalam semangat yang sama menyadari harus mulai menyamakan ritme. Mencoba merangkul bahkan mulai menggeret banyak teman, meski seringkali mereka yang akhirnya melepas genggaman tangan ini. Tahun 2018 adalah sebuah saksi bagaimana Media Kampus mengalami perubahan paling besar dan paling ekstrim.

Belajar memahami, untuk banyak hal yang terus kita evaluasi. Belajar menerima kekurangan untuk sesuatu hal yang akan kita capai. Membersamai pada saat-saat penting, meskipun aku sendiri pernah menghilang. Tapi bukan berarti aku akan mundur dari semuanya.

Pesimis dan skeptis adalah teman akrab bagi kami saat itu. Kami terus menguji dan melontarkan segala pertanyaan bodoh hanya untuk meyakinkan bahwa apa yang kami lakukan adalah hal yang benar.

Iklan di tabloid adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa kami lupakan. LPM Progress mulai memiliki profit dari apa yang dikerjakan, tidak banyak bahkan tidak bisa membalikkan modal yang sudah keluar. Tetapi uang yang diterima dari para UMKM yang pasang iklan di tabloid adalah langkah besar untuk Progress mengembangkan banyak hal.

Iklan itu adalah sesuatu hal yang datang dan berasal dari pesimis dan skeptis kami. Pertanyaan bagaimana menghasilkan uang dari tabloid yang sama-sama pesimis, jika tabloid itu dijual. Awal-awal ide iklan itu diinisiasi dari obrolan di bawah pohon antara pohon sawo kecik dan jambu bol. Obrolan sederhana sebenarnya seperti obrolan warung kopi, asal nyeletuk dan disambar, oleh Eriva dan Jane. Kemudian datang Tina dan terus terjadi pembahasan, hingga akhirnya dibawa dalam sebuah rapat bersama antara Divisi Redaksi dan Divisi Markominfo. Tidak mudah, tapi bukan hal yang tidak mungkin.

Pekerjaan rumah dari rapat itu bukan sesuatu yang mudah, Divisi Redaksi dimana aku selaku Redaktur Pelaksana Penerbitan harus mencari tahu tentang mekanisme pengiklanan dan cara menghitung harga untuk pemasangan iklan. Divisi Marketing saat itu tidak kalah sibuknya, Wicak selaku Pemimpin Divisi Markominfo bersama tim desain membuat proposal, sementara itu tim marketing belajar untuk membuat klausul perjanjian kerja sama.

Kami bukan perusahaan, bahkan sejak dulu tidak terpikir bahwa organisasi ini bisa seperti perusahaan yang membagi kerja-kerjanya dengan teratur dan tersistematis. Saat itu fokus kami hanya satu, bagaimana caranya menghasilkan uang dari tabloid ini. Meskipun dana penerbitan itu bisa minta ke pihak rektorat, tapi uang itu tidak bisa diandalkan untuk disimpan. Hal itu yang akhirnya membuat kami sadar bahwa iklan ini harus berjalan, kita akan belajar jika gagal.

Proposal telah jadi, tata letak iklan sudah dimiliki. Perjanjian kerja sama (MoU) menjadi bagian yang terus kami godok. Ada sekitar 4 hingga 5 kali, kami mengevaluasi belajar memahami, mengurangi dan menambahkan klausul dalam pasal-pasal perjanjian kerja sama itu. Tidak banyak orang tahu tim kecil itu berhasil, setelah dibuat Eriva, review wicak, penambahan olehku dan review Tina selaku ketua umum, MoU itu lahir. Dari sana Progress memiliki usaha mandiri dan mencoba terus memperbaiki diri.

Penulis : Yazid Fahmi

Editor   : Andini Dwi Noviyanthi