Harbuknas 2020, Pentingnya Peran Buku bagi Kaum Milenial
Sumber foto : Hukumonline.com
LPM Progress- Pepatah mengatakan "Buku adalah jendela dunia", yang berarti dengan buku kita dapat menjelajah dunia dan membaca adalah kuncinya.
Hari Buku Sedunia dikenal juga sebagai Hari Buku dan Hak cipta Sedunia yang diperingati pertanggal 23 April tiap tahunnya. Indonesia juga memiliki hari bukunya sendiri yaitu setiap tanggal 17 Mei yang dikenal dengan Hari Buku Nasional atau Harbuknas.
Peringatan Hari Buku Nasional telah ditetapkan sejak tahun 2002 yang dicetuskan pertama kali oleh Menteri Pendidikan kala itu, yakni Abdul Malik Fadjar. Pemilihan tanggal tersebut bukanlah tanpa alasan, karena pada tanggal 17 Mei bertepatan dengan didirikannya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tahun 1980. Tujuan diperingatinya Harbuknas ini sejalan dengan Hari Buku Internasional yaitu untuk meningkatkan minat baca dan tulis di kalangan masyarakat.
Faktanya, minat baca di Indonesia masih tergolong sangat rendah. Melansir dari tirto.id berdasarkan survei dari UNESCO pada tahun 2011, indeks tingkat membaca di Indonesia hanya sebesar 0,001 persen. Hal ini berarti dari 1000 penduduk hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca. Mengutip dari kominfo.go.id Berdasarkan riset World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukakan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia menempati urutan kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti.
Baca juga: Literasi di Indonesia, Apa Kabar Ya?
Mahasiswa identik dengan intelektual dan gemar membaca, maka buku sangatlah mempengaruhi mahasiswa. Namun bagaimana dengan pengaruh buku terhadap mahasiswa milenial sekarang ini?
Menurut Najwa, salah satu mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mahasiswa sekarang ini jarang yang memiliki minat baca buku.
"Hal tersebut terlihat dari penampilan yang begitu modis, dan yang dipegang bukanlah buku referensi ataupun jurnal melainkan smartphone. Salah satu faktornya adalah media sosial yang secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa mahasiswa ialah yang berpenampilan fashionable dan trendi," ujarnya.
Namun, meski demikian, Najwa menilai pengaruh buku saat ini masihlah cukup besar. Banyak mata kuliah yang mewajibkan mahasiswanya untuk mencari sumber referensi dari buku. Hal ini menurut Najwa karena sistem diskusi di kampus yang masih berbasis buku sebagai bacaan, dan juga seminar-seminar yang menambah kesadaran bahwa buku penting menjadi sumber kajian.
Milah, mahasiswi Fakultas Ushuluddin Al-Azhar University Cairo, berpendapat bahwa buku memiliki peran penting bagi mahasiswa. Menurutnya, mahasiswa tidak hanya terjun langsung ke jalan saja, akan tetapi juga berpikir kritis dan memiliki pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.
Ironisnya, meski minat baca buku di Indonesia tergolong rendah, melansir dari kominfo.go.id bahwa berdasarkan riset yang dilakukan oleh wearesocial pada Januari 2017, masyarakat Indonesia bisa menatap layar gadget lebih dari 9 jam perhari. Hal ini menunjukkan bahwa tidak heran jika masyarakat Indonesia menjadi mudah terprovokasi dan "termakan" berita hoaks dan fitnah.
Dalam meningkatkan minat baca di Indonesia, pemerintah telah mengupayakan berbagai cara, salah satunya dengan Gerakan Literasi Sekolah dan adanya perputaskaan keliling. Juga dengan para dosen yang memberikan tugas kepada mahasiswa yang akhirnya mau tidak mau harus membaca buku untuk mengerjakan tugas.
Selain itu, menurut Cyntia mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, untuk meningkatkan minat baca buku di Indonesia khususnya di kalangan mahasiswa, bisa dilakukan dengan mendiskusikan buku yang sedang dibaca dengan teman satu tongkrongan.
"Nanti kan teman yang lain kepo sama apa yang diobrolin dan akhirnya ikut baca juga. Bisa juga baca dari yang ringan dulu kaya komik dan novel, karena kan yang namanya minat baca itu kan bebas, jadi ga mesti baca yang berat-berat kaya jurnal dan pelajaran gitu," tambahnya.
Wida, mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI pun berharap generasi muda khususnya pelajar dan mahasiswa kembali mencintai aktivitas membaca dan menulis.
"Harapan untuk literasi Indonesia, generasi muda kembali mencintai aktivitas membaca dan menulis, juga berusaha menumbuhkan semangat literasi pada masyarakat Indonesia seperti yang sedang dilakukan oleh pemerintah dengan adanya program Gerakan Literasi Sekolah," ujarnya.
Penulis: Faramida Mutiah Irawati
Editor: Astin Kho