
Mengedepankan Program Inovasi, Pengalaman Mahasiswa dalam Berkolaborasi untuk Masyarakat Melalui PKM
Sumber Gambar: unair.ac.id
LPM Progress - Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menjadi salah satu program unggulan yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menciptakan solusi inovatif atas permasalahan nyata di masyarakat. Program yang dirancang oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) ini mengedepankan kolaborasi ilmu dalam sebuah tim untuk menghasilkan ide-ide kreatif yang berdampak luas bagi masyarakat.
Rachel Martha Ully Silalahi, salah satu alumni PKM yang berhasil mewakili Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37 di Universitas Airlangga (UNAIR) pada 2024 lalu.
Timnya membawakan proyek yang berjudul “Integritas Budaya Lokal ke dalam Metode Communicative Language Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Speaking Siswa Ekstrakurikuler SMPN 15 Bekasi”, yang berupaya dalam meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Inggris siswa serta melestarikan budaya lokal melalui metode cerita rakyat. Ia mengungkapkan bahwa program ini bukan hanya tentang kompetisi, tetapi juga pengabdian kepada masyarakat yang saat ini proyek hasil PKM masih tetap dilakukan di mitranya.
"Proyek yang kita buat dasarnya dari masalah yang dialami oleh mitra, bukan cuma ide dari kita saja. Tantangannya adalah bagaimana menciptakan solusi yang benar-benar bermanfaat dan dapat diterapkan di kehidupan nyata," ujar Rachel dalam sesi wawancara melalui Google Meet, (15/02).
Di Unindra, pelaksanaan PKM diawali dengan sosialisasi oleh fakultas kepada mahasiswa. Mahasiswa diarahkan untuk membentuk tim berdasarkan program studi yang sama, tetapi harus mencakup mahasiswa dari semester yang berbeda agar terjadi kolaborasi ide yang seimbang. Setelah tim terbentuk, peserta PKM mulai menyusun proposal proyek yang harus diajukan ke Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) untuk mendapatkan pendanaan. Dana ini berfungsi untuk menjalankan proyek yang akan dilaksanakan.
Namun, perjalanan PKM tidak selalu berjalan mulus. Rachel mengakui bahwa tantangan terbesar justru datang dari dalam tim itu sendiri. "Kita sering kesulitan menyesuaikan jadwal karena anggota tim berasal dari semester yang berbeda dan memiliki kesibukan yang berbeda pula. Komunikasi dan saling menghargai satu sama lain itu adalah hal yang sangat penting," tutur Rachel.
Selain itu, menurut Rachel keterbatasan bimbingan dari dosen juga menjadi kendala. Ia mengatakan bahwa di Unindra hanya terdapat dua dosen pembimbing PKM yang mana satu dosennya memegang banyak kelompok sehingga bimbingan menjadi terbatas. Menurutnya, hal ini sangat berbeda dengan universitas lain yang memiliki banyak dosen pembimbing PKM sehingga membuat proses bimbingan mereka tentu menjadi lebih leluasa.
Tantangan lainnya muncul ketika tim Rachel berhasil lolos ke PIMNAS. Suasana kompetisi di PIMNAS cukup menegangkan baginya karena mereka harus mempresentasikan proyek di depan para juri dan peserta lain dari seluruh Indonesia. Dalam ruangan yang diisi oleh para juri beserta 30 tim lainnya, Rachel dan tim harus siap menjelaskan proyeknya secara detail. Ia merasa bahwa presentasinya ini tidak hanya menyangkut nama baik timnya saja, tetapi juga menyangkut nama baik kampus.
Selama seminggu mengikuti PIMNAS, Rachel merasa mendapatkan pengalaman yang luar biasa. Ia bertemu banyak mahasiswa dari berbagai latar belakang dengan ide-ide inspiratif yang membuatnya semakin termotivasi untuk berkembang. Selain itu, melalui program ini yang tidak hanya mengasah keterampilan kritis dan inovatif, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kerja sama dalam tim.
"Saya dulu orangnya sangat individualis, tetapi PKM mengajarkan saya kalau kerja bareng itu ternyata hasilnya bisa lebih baik. Saya jadi lebih bisa menghargai ide orang lain juga," ceritanya.
Sebagai alumni PKM, Rachel berpesan kepada mahasiswa lain agar tidak ragu untuk terlibat dalam program ini. Seperti Rachel yang ingin memanfaatkan waktu remajanya ini dengan kegiatan-kegiatan positif sekaligus menjadi pribadi yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Menurutnya, kunci dari mengikuti program PKM adalah mau belajar dan terus bekerja sama antar anggota, serta memiliki keinginan untuk mencari tahu.
Saat ini, Unindra sedang mempersiapkan tim baru untuk berkompetisi di PIMNAS ke-38 yang akan digelar di Universitas Hasanuddin, Makassar pada tahun 2025. Rachel berharap lebih banyak mahasiswa Unindra yang akan ikut berpartisipasi dan membawa pulang prestasi yang membanggakan. Rachel juga berpesan bahwa kesempatan kali ini jangan disia-siakan, karena PKM bermanfaat bukan hanya untuk kampus saja, melainkan juga untuk masa depan diri kita sendiri.
Program Kreativitas Mahasiswa yang mengintegrasikan penelitian, inovasi, dan pengabdian menjadi salah satu jembatan bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan dan memperkuat daya saing di tingkat nasional. Tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat, PKM juga menjadi ruang bagi generasi muda untuk berkembang menjadi individu yang lebih kritis, kolaboratif, dan berdaya guna tinggi. Dengan demikian, PKM dapat membantu mahasiswa untuk lebih berkembang dan membuat mahasiswa lebih siap untuk berkontribusi dalam memajukan masyarakat maupun bangsa.
Wartawan: Naurah Shafiqah & Irma Faurina
Penulis: Irma Faurina
Editor: Raihan Al Fandi