
Panggung Ekspresi Gerak Perempuan dalam Rangka Menuju Hari Perempuan Sedunia
Keterangan Foto : (dok/ pribadi/ Andini Dwi Noviyanthi)
LPM Progress – Sabtu (29/2) telah diselenggarakan rangkaian acara menuju peringatan Hari Perempuan Sedunia, bertempat di LBH Jakarta, Jl. Diponegoro No. 74 dengan tema “Melawan Kekerasan Sistematis Terhadap Perempuan”. Acara ini diadakan setiap tahun dalam rangka menuju Hari Perempuan Sedunia dihadiri oleh sekitar 63 organisasi.
Acara yang dibungkus dengan panggung ekspresi ini dimulai pukul 14.00 WIB. Berjoget bersama menjadi pembuka acara tersebut, kemudian dilanjut dengan open mic diskusi dari beberapa organisasi, seperti JALA PRT, Lingkar Studi Feminis Tangerang, Konfederasi Kasbi, Perempuan Agora Karawang, dan Space UNJ. Lalu ada beberapa acara selanjutnya, di antaranya; penampilan musik dari band Tashoora, melakukan senam zumba bersama, sesi tanya jawab, pembacaan puisi oleh Neneng perwakilan dari Pers Mahasiswa Universitas Bung Karno, Drama Musikalisasi dengan tema “Kesetaraan Gender” dari Bekasi Rempu dan terakhir ditutup dengan Tarian Anti Kekerasan terhadap Perempuan. Selain itu, selama acara berjalan juga ada pembuatan poster bareng untuk Gerak Perempuan.
Ika selaku Koordinator Umum acara mengungkapkan bahwa, acara tahun ini memang sengaja menampilkan kesenian-kesenian, karena menurutnya seni mudah untuk digunakan sebagai pengantar pesan dan mudah menjadi ruang partisipasi banyak orang.
Tujuan diadakannya acara ini adalah sebagai pra acara dari International Women Day (IWD) yang akan diperingati pada tanggal 8 Maret 2020 nanti.
”Tujuan dari acara ini untuk menumbuhkan kembali semangat kita bersama-sama, kemudian untuk menyosialisasikan ke teman-teman tentang teknis dari acara intinya itu sendiri dan juga alasan-alasan kenapa begitu penting bagi kita semua untuk menyambut IWD dengan semangat perlawanan,” ujar Ika.
Berdasarkan Catatan Tahunan 2019 Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menunjukkan, kekerasan terhadap perempuan di ranah publik paling banyak terjadi di wilayah tempat tinggal, yaitu sebanyak 66 kasus. Komnas Perempuan juga menyebutkan pelaku kekerasan tertinggi dilakukan oleh teman dan tetangga, di mana kasus kekerasan seksual mendominasi.
Kemudian kekerasan terhadap perempuan terjadi di tempat kerja, yaitu sebanyak 41 kasus dengan pelaku atasan atau sesama rekan kerja. Kekerasan terhadap perempuan juga terjadi di tempat umum sebanyak 39 kasus, institusi pendidikan sebanyak 14 kasus, institusi kesehatan sebanyak 11 kasus dan kekerasan terhadap pekerja migran sebanyak 6 kasus.
“Pelecehan banyak sekali yang dialami oleh kawan-kawan dari atasan sendiri. Banyak yang menganggap pekerjaan kami sebelah mata sehingga itu yang membuat kawan-kawan kami mengalami kekerasan seksual,” ungkap Ibu Ajeng selaku perwakilan dari Konfederasi PRT.
Mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender tentu saja tidak mudah, mengingat begitu banyak kasus yang terlaporkan di Indonesia. Belum lagi jutaan kasus kekerasan terhadap perempuan yang belum atau pun tidak dilaporkan karena berbagai alasan.
Felia yang merupakan perwakilan dari Perempuan Agora Karawang mengungkapkan bahwa tantangan saat ini adalah banyaknya orang-orang yang belum paham akan kekerasan terhadap perempuan itu sendiri.
“Kesulitannya dalam menyuarakan hal ini adalah banyak orang yang belum peduli tentang hal ini. Banyak orang yang berpendapat bahwa kenapa sih kalau perempuan itu hanya memperjuangkan sesuatu yang berfokus kepada kekerasan seksual dan bahkan seseorang itu bilang, kenapa perempuan gak duduk bareng ngomongin tentang kenegaraan dan segala macam, kalau misalnya perempuan selalu memperjuangkan atau menyuarakan kekerasan perempuan dan sebagainya bukankah itu malah membuat mereka terlihat ada di bawah laki-laki? Itu sih yang menjadi tantangan.” Ungkap Felia.
Felia dan juga teman-teman dari organisasi lainnya berharap dengan adanya acara ini dapat menyadarkan orang-orang di luar sana untuk bersama melawan kekerasan terhadap perempuan.
Penulis : Andini Dwi Noviyanthi
Editor : Ilham Fadilah