Sejak Kapan HUT Jakarta Dirayakan?

Sejak Kapan HUT Jakarta Dirayakan?

Sumber Gambar : unsplash.com

LPM Progress — Selama ini, tanggal 22 Juni selalu diperingati sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Jakarta. Pada tahun ini Jakarta akan berumur 493 tahun, dan hingga kini setiap tahun HUT Jakarta selalu dirayakan dengan meriah. Tapi, kapankah pertama kali HUT Jakarta tersebut dirayakan?

Menurut Yahya A Saputra, budayawan betawi, penetapan tanggal tersebut pertama kali diusung oleh Sudiro yang menjabat sebagai wali kota Jakarta Raya di mana pada saat itu Jakarta masih menjadi bagian daerah Jawa Barat.

Saat itu, Sudiro menyadari perlunya peringatan ulang tahun untuk kota Jakarta yang berbeda dengan peringatan berdirinya Batavia. Ia juga ingin warga Jakarta dapat merayakan ulang tahun dengan meriah setiap tahun. Sehingga semua penduduk Jakarta dapat merasakan bagaimana kemeriahan ulang tahun kotanya.

Pada tahun 1950, Sudiro menghubungi beberapa ahli sejarah, antara lain : Mr. Moh Yamin, wartawan senior Sudarjo Tjokrosiswoyo dan Mr. Dr. Sukanto. Kemudian Sudiro mengungkapkan agar para ahli tersebut melakukan penelitian mengenai kapankah kota Jakarta didirikan.

Berdasarkan arsip nasional Indonesia di mana ancang-ancang pendirian Jayakarta oleh Fatahillah atau Falatehah yang terjadi pada tanggal 22 Juni 1527, maka Mr. Dr. Sukanto menyerahkan naskah berjudul "Dari Jayakarta ke Jakarta."


Naskah tersebut kemudian diserahkan oleh Sudiro kepada Dewan Perwakilan Kota Sementara (DPKS) untuk dibahas, hingga kemudian dikeluarkanlah surat keputusan tanggal 23 Februari 1956 yang dimuat dan ditandatangani oleh DPKS Jakarta Raya. Hasil surat putusan tersebut kemudian langsung bersidang dan ditetapkan pada 22 Juni 1527 sebagai berdirinya Kota Jakarta. 

Tepat pada 22 Juni 1956, Sudiro mengajukannya dengan resmi pada sidang pleno dan usulnya itu diterima dengan suara bulat. Dan sejak saat itu, setiap tanggal 22 Juni diadakan sidang istimewa DPRD Kota Jakarta sebagai tradisi memperingati berdirinya Kota Jakarta. Dengan itu diputuskan pada tanggal 22 Juni sebagai hari ulang tahun Jakarta yang digagas oleh Sudiro. Meski pada awalnya hal tersebut menjadi perdebatan.

Pegambilan keputusan HUT Jakarta pada tanggal 22 Juni tersebut didasari perjuangan Fatahillah. Mengutip dari tirto.id, pada 22 Juni 1527 merupakan hari dimana pasukan gabungan Demak-Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah berhasil mengusir dan merebut kekuasaan Portugis dari Sunda Kelapa.


Pada saat itu kekuatan militer Sunda Kelapa didukung oleh Portugis, dan Fatahillah berhasil merebut kekuasaan Sunda Kelapa. Sejak saat itu, nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta.

Perayaan acara HUT Jakarta pertama kali menurut data-data yang ada, selain mengadakan sidang istimewa Walikota Sudiro juga merayakan HUT Jakarta dengan berbagai macam perayaan kesenian, perlombaan, dan panggung-panggung. Acara perayaan tersebut di gelar di ruang terbuka seperti Monas dan tempat terbuka lainnya, seperti di jalan-jalan kota Jakarta dan dimeriahkan dengan panggung-panggung, acara perayaan tersebut kemudian berlanjut terus menerus setiap tahunnya.

"Yang saya alami di masa gubernur Ali Sadikin itu ada malam muda mudi di hari Ultah Jakarta, dimana semua kegiatan kesenian dan pertunjukan ada di setiap jalan raya MH Thamrin, acara tersebut sangat meriah pada tahun 73-74," ujar Yahya (18/6).

Menurut Yahya, kemeriahan HUT Pertama kali Jakarta tidak akan berbeda jauh dari sekarang, meski pada saat itu perasaan nasionalisme sedang menggebu-gebu bahkan apapun yang berbau penjajah akan di hancurkan. Euforia nasionalisme yang menggebu-gebu itulah justru yang menjadi ekspresi dari perayaan ulang tahun kota Jakarta pada saat itu.

Jakarta telah mengalami proses dan sejarah yang panjang hingga kini, maka kita sebagai generasi muda yang hidup di Jakarta harus menjaga  baik-baik kota yang kita tinggali ini. Seperti yang Yahya harapkan kepada generasi selanjutnya, kenalilah sejarah Jakarta, cintailah dan anggaplah kota yang kita tinggali ini sebagai ibu kedua.

 

 

Reporter : Selly Ardiyati

Penulis : Nira Yuliana

Editor : Astin Khotimah