Sejarah Taoisme dan Lao Tzu: Filsafat Timur yang Mendunia

Sejarah Taoisme dan Lao Tzu: Filsafat Timur yang Mendunia

Sumber gambar: Pinterest

 

Sejarah Tao dan Lao Tzu
Lao Tzu adalah seorang individu yang dikagumi dengan makna nama “orang tua” atau “guru tua.” Menyusuri tradisi yang beredar, Lao Tzu diyakini hidup pada abad ke-6 Sebelum Masehi (SM) dalam masa Dinasti Zhou di Tiongkok kuno. Dikatakan bahwa, ia sempat bekerja sebagai penjaga dokumen kerajaan, sebelum akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya karena kekecewaan terhadap korupsi dan pertikaian sosial yang merajalela.

Menurut buku berjudul “Intisari Siu Tao” karya Thay Shang Men Xiao Yao Pai, diceritakan bahwa saat Lao Tzu memutuskan untuk meninggalkan kerajaan dan mengasingkan diri sendiri, dia melewati Gerbang Hangu, yang terletak di Henan. Di mana seorang penunggu gerbang yang bernama Yin Xi memohon kepadanya untuk menuliskan pengetahuannya yang bijaksana. Permintaan itu akhirnya melahirkan Tao Te Ching, sebuah karya tulisan atau kitab yang terdiri dari sekitar 81 bab yang mencakup filsafat tentang kehidupan, pemerintahan, dan harmoni dengan alam.


Sejarah Filosofi Taoisme

Dalam kitab suci Thay Shang Lao Jun, ajaran Tao atau biasa dikenal dengan Taoisme pertama kali disebarkan oleh seseorang bernama Pan Gu Shi/Pangu pada abad ke-54000-18000 SM yang disebut sebagai Dewa yang turun ke dunia. Namun karena kisahnya masih disebut-sebut hanya mitologi semata, maka peletak dasar ajaran Taoisme yang terkenal hingga sekarang adalah Huang Di di abad ke-2711-2597 SM. Ajarannya bersifat eudaemonistik, artinya manusia harus mencari kebahagiaan tertinggi bagi dirinya, itulah yang dinamakan kebahagiaan. Ajaran ini kemudian dikembangkan oleh Lao Tzu abad ke-6 SM, menurut kepustakaan Tiongkok dikenal sebagai pendiri Taoisme atau Tao Te Chia. Asal-usul Taoisme berasal dari istilah Tao (ataupun Dao), yang mengandung artian “jalan”, “jalur” atau “cara.” Ajaran ini menitikberatkan pada kehidupan sesuai dengan irama alam semesta. Bagi Taoisme, Tao ialah prinsip mendasar yang mengatur segala sesuatunya di alam semesta, tak kasat mata, tetapi menjadi asal segala keberadaan. Tokoh lain yang terkenal adalah murid Lao Tzu, yaitu Chuang Tzu. Ia meneruskan pemikiran gurunya itu dengan tetap mempertahankan prinsip kesederhanaan hidup pada akhir abad ke-4 SM.

Tempat di mana Lao Tzu mengajarkan Tao adalah Lao Jun Tai yang terletak di kota Lu Yi, Provinsi Henan, Tiongkok. Pada bulan Mei tahun 1938, tentara Jepang mengepung tempat ini saat ekspansinya ke Tiongkok. Tentara Jepang mencoba menyerang Lao Jun Tai dengan bom. Tapi tempat ini tidak berhasil diruntuhkan, bahkan terdapat 13 bom yang tidak meledak. Selain itu, Gunung Long Hu (Gunung Naga dan Harimau) di provinsi Jiangxi juga menjadi saksi sejarah penyebaran ajaran Tao. Sampai tahun 2010, UNESCO memasukkan Gunung Long Hu ke dalam daftar Warisan Dunia (World Heritage).

 

Filsafat dan Agama Taoisme

Seiring berjalannya waktu, Taoisme berkembang dari filsafat menjadi agama yang lebih terstruktur dengan ritual-ritual, dewata-dewata, dan praktik spiritual. Pada masa Dinasti Han abad ke-202 SM-220 M, Taoisme mulai dirumuskan sebagai tradisi keagamaan yang lengkap dengan institusi teks suci, dan sistem pendeta.

Kepustakaan Tiongkok mengenal nama Taoisme sebagai filsafat dan Taoisme sebagai agama, masing-masing memiliki ajaran berbeda. Taoisme sebagai filsafat atau Tao Chia mengajarkan agar manusia hidup mengikuti hukum alam, sedangkan Taoisme sebagai agama atau Tao Mao mengajarkan agar manusia hidup damai, harmonis, dan penuh makna, dengan menyesuaikan diri pada alam dan Tao.

Seorang tokoh bernama Zhang Ling atau Zhang Daoling adalah tokoh yang pertama kali membentuk organisasi keagamaan Tao dengan nama Wu Dou Mi Dao. Ia kemudian dijuluki sebagai Zhang Tianshi pertama. Seiring berkembangnya zaman, Wu Dou Mi Dao lebih dikenal sebagai Zhengyi pai. Dan saat ini organisasi keagamaan Tao tersebut (Zhengyi pai) dipimpin oleh Zhang Tianshi ke-64 yang dilantik pada tahun 2008.

Tokoh lain yang berperan dalam perkembangan agama Taoisme adalah Qiu Chuji abad ke-1148-1227 M. Seorang Taois sejati dari utara daratan Tiongkok. Ia memperkenalkan Tao kepada Genghis Khan (Kaisar Mongol saat itu) untuk membujuknya supaya mengakhiri perang. Qiu Chuji sendiri adalah murid dari tokoh lain bernama Wang Chong Yang, seorang Taois yang juga mendirikan organisasi keagamaan Tao bernama Quanzhen pai. Baru masa pada kepemimpinan Kubilai Khan pada abad ke-1215-1294 M di Tiongkok utara, Quanzhen pai (organisasi keagamaan Tao Qiu Chuji) mendapat kepercayaan khusus untuk memimpin penyebaran ajaran Tao di sana. Di waktu yang bersamaan, di Tiongkok selatan, kaisar dari Dinasti Song mempercayai Zhengyi pai untuk memimpin pembelajaran agama Tao. Sejak saat itulah Quanzhen pai dikenal sebagai Tao aliran utara dan Zhengyi pai sebagai Tao aliran selatan.

Agama Taoisme masuk ke Indonesia seiring dengan migrasi bangsa Tionghoa secara berkala. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya klenteng (tempat ibadah umat Tao) yang tersebar di seluruh Nusantara, yang sudah berusia ratusan tahun. Pada tahun 1970-an, Li Shang Hu atau Shifu, mulai menyebarkan agama Tao dengan ilmu kedewaan yang disebut Tao Ying Suk. Ajarannya berlandaskan pada kesadaran (Wu) hati dan memupuk karakter yang baik (Xiu Xin Yang Xing).

 

Penulis: Harry Wijaya

Editor: Farhan Jiddan