Sistem SKS Paket di Unindra, Warek Akademik: Apakah Mahasiswa Siap SKS Murni?

Sistem SKS Paket di Unindra, Warek Akademik: Apakah Mahasiswa Siap SKS Murni?

Sumber gambar: Tim Konten LPM Progress

LPM Progress – Satuan Kredit Semester (SKS) digunakan sebagai ukuran beban studi untuk mahasiswa dalam menjalani perkuliahannya. Dengan kata lain, SKS menjadi acuan dari jadwal hingga lamanya mata kuliah yang dijalani mahasiswa pada pertemuan tiap semester. Selain itu, SKS juga menjadi syarat kelulusan mahasiswa. Mengutip dari lldikti13.kemdikbud.go.id berdasarkan Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) No. 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi pada pasal 16 dijelaskan bahwa untuk jenjang sarjana S1 beban studi yang ditempuh paling sedikit adalah 144 SKS. Lalu pada pasal 18 menjelaskan bahwa mahasiswa berprestasi akademik tinggi setelah dua semester tahun pertama dapat mengambil maksimum 24 (dua puluh empat) SKS per semester. Maka dalam hal ini, SKS juga berpengaruh dalam jangka waktu kelulusan mahasiswa.

Setiap perguruan tinggi memiliki sistem SKS yang berbeda-beda. Ada yang menggunakan SKS murni dan ada juga yang menggunakan SKS paket. Pada SKS murni, mahasiswa dapat memilih mata kuliah dan dosen setiap semesternya. Oleh karena itu, mahasiswa dapat mengambil mata kuliah yang ada di semester selanjutnya. Dengan syarat sudah mengambil mata kuliah wajib dan tidak melebihi jatah SKS yang sudah ditentukan oleh kampus.

Sementara pada SKS paket, mahasiswa tidak dapat memilih sendiri mata kuliah dan dosen untuk pembelajaran pada setiap semester. Sehingga mahasiswa tidak bisa mengambil mata kuliah yang ada di semester selanjutnya. Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) adalah salah satu universitas swasta di Indonesia yang menerapkan sistem SKS paket bagi mahasiswanya. Maka dengan diterapkannya sistem tersebut mahasiswa Unindra tidak dapat lulus dengan kurun waktu kurang dari 4 tahun atau kurang dari 8 semester.

Lalu, apa alasan yang membuat Unindra menggunakan sistem SKS berbasis paket?

“Apakah mahasiswa kita siap untuk SKS murni? Itu yang pertama. Yang kedua, bahwa SKS murni itu harus menentukan biaya, bobot SKS mata kuliah persemester itu ada biayanya. Unindra dalam proses pembelajaran itu berbasis dengan istilah peduli. Maka, biayanya pun dipaketkan. Coba kalau kita lihat, biaya paket semester satu hingga semester sekian SKSnya 150 ribu setiap bulan. Kalo seandainya kita menggunakan SKS murni, maka biaya pendidikan itu fluktuatif,” ujar Irwan Agus selaku Wakil Rektor I saat diwawancarai di kampus A Unindra (21/1).

Ia juga menjelaskan, meski sistem SKS di Unindra sudah dipaketkan namun, mahasiswa tetap diwajibkan mengisi SKS dalam Kartu Rencana Studi (KRS). Hal itu dilakukan agar mahasiswa tidak terbebani dengan mata kuliah yang sudah disediakan, mahasiswa bisa saja tidak memilihnya. “Misalnya seperti ini, wah saya hari ini kerja nih. Saya mau ngambil dari 20 SKS yang ditawarkan untuk kita, saya ngambil 18 aja deh 1 hari saya ga ngambil. Why not? kenapa itu gabisa? bisa kan,” tambah Irwan Agus.

Meskipun sistem SKS di Unindra dilakukan dengan sistem paket, namun dalam penerapannya masih kerap kali mengalami kendala. Irwan menjelaskan ada yang menjadi kendala dalam sistem SKS di Unindra saat ini, seperti ketika ada mahasiswa yang mata kuliahnya mengulang di semester ganjil. Lalu, ketika ia berada di semester ganjil berikutnya ingin mengulang mata kuliah itu tidak bisa. Karena batas maksimun SKS sudah ditentukan persemesternya.

 

Reporter           : Eka Pramudita dan Wahid Abid

Penulis             : Eka Pramudita

Editor               : Muhammad Rifqi Yasa