Tempe, Timun, Bayam, dan Perubahan Iklim
Sumber gambar : busy.org
“Ehh.. Ceu Iis, beli sayur Ceu?” Mpok Ida berbasa-basi pada teman pergosipannya.
“Mpok, tempe nih cuma goceng!” pancing Mas Mijan agar Mpok Ida mau membeli dagangannya.
"Yaelah mahal amat Mas, aye beli di Mbak Pur cuma empat ribu,"gerutu Mpok Ida, jangankan se-ceng beda gopek aja masalah baginya. Mas Mijan hanya bisa terdiam menyesali karena telah memanggil Mpok Ida.
”Yaudeh, Mas kalo bayem ade kagak?” Tanya Mpok Ida sambil mengambil timun dan menaruhnya di sebelah tempe yang merupakan urutan kedua dari daftar makanan favorit Mpok Ida.
“Ora ono Mpok[1], di pasar juga kosong," seru Mas Mijan yang juga kebingungan mencari sayuran di pasar.
Dengan bermodal tempe dan timun, Mpok Ida pun hanya bisa berharap dapat menemukan resep yang ajib dengan menonton channel Youtube milik Chef Renata.
Ceu Iis yang sejak tadi sibuk memainkan ponsel tiba-tiba berkata
“Mpok, ari perubahan iklim teh naon nyak?[2]”
Pertanyaan yang membuat Mpok Ida dan Mas Mijan bertambah bingung. Usut punya usut, ternyata grup Whatsapp “Pecinta Senja” dimana Ceu Iis yang menjadi adminnya itu sedang ramai membicarakan mengenai perubahan iklim. Sontak Mpok Ida dengan gercepnya[3] membuka grup itu juga.
“Tah.. ieu aya brotkes, ceuk Mang Tram[4] perubahan iklim teh akal-akalan Cina doang. Ceceu share ah ke grup sebelah," lanjut Ceu Iis yang terus berbicara.
Permasalahan-permasalahan seperti perbincangan di atas ini, terutama kejadian yang menimpa Ceu Iis. Merupakan informasi dan main berbagi sana-sini, hal ini akan terus terjadi selama pembahasan perubahan iklim yang jauh dari kata membumi ini berakhir.
Perubahan iklim bukan hanya berdampak pada ilmuan, pemerintahan ataupun warga metropolitan seperti Jakartans tetapi berdampak pada semua. Mau tukang cilor, maklor, seblak atau lumpia basah kesayangan mahasiswa juga akan terkena dampaknya.
Termasuk tukang sayuran seperti Mas Mijan, dan juga Mpok Ida sang pecinta bayam. Bayam yang tidak tersedia di gerobak sayur Mas Mijan pun dapat dikarenakan perubahan iklim.
Bukan hanya sayuran saja yang akan terkena dampaknya, tetapi juga ikan emas yang mengisi kotak sterofoam di depan gerobak sayur Mas Mijan pun dapat sulit ditemukan keberadaanya.
Kemarau yang berkepanjangan menyebabkan lahan pertanian dan empang-empang tempat ikan emas berkembang biak mengering. Lalu saat musim hujan yang seolah tanpa henti membanjiri lahan pertanian, empang bahkan hingga rumah-rumah warga penghuni grup Whatsapp “Pecinta Senja” layaknya Ceu Iis dan Mpok Ida.
Perubahan iklim berbeda dengan cuaca. Perubahan iklim sendiri mencakup daerah yang luas sedangkan cuaca mencakup dibeberapa bagian saja, misalnya ketika sudah mengenakan jas hujan dari rumah tapi saat sampai di tempat tujuan malah panas mentereng. Memalukan memang tapi itulah cuaca, dapat berbeda-beda di setiap daerahnya. Sedangkan iklim, mau panas atau hujan udaranya tetap saja gerah, karena yang diambil adalah suhu rata-ratanya.
Seperti Mpok Ida yang tetap membeli tempe walaupun lebih mahal seribu. Suka atau tidak suka, kita pun dipaksa menerima keadaan bumi yang semakin hari semakin panas akibat perubahan iklim.
Dalam menyikapi perubahan iklim, kita pun wajib bersikap seperti Mpok Ida yang bersabar ketika bayam yang merupakan makanan favoritnya tidak ada dan beradaptasi dengan makanan yang ada yaitu tempe dan timun. Sambil berikhtiar semoga dapat resep yang ajib dari Chef Renata tentunya.
Tanpa adaptasi, kita akan kewalahan menghadapi perubahan iklim. Sama seperti kita yang akan merasa gerah jika mengenakan jaket terus-menerus, padahal udara sedang panas-panasnya dan yang terpenting perubahan iklim itu nyata bukan mitos, apalagi akal-akalan Cina.
Tak kalah penting juga adanya mitigasi atau pencegahan, karena baik Mas Mijan ataupun Mpok Ida pasti tak mau kejadian sayur bayam yang tak tersedia di pasaran terulang kembali.
Tak hanya itu, mitigasi juga diperlukan untuk mencegah keadaan semakin memburuk. Tentunya Mpok Ida juga tidak mau tempe juga ikut raib di pasaran. Kalau tidak ada, Mpok Ida mau makan apa? Timun? Nanti bukannya kenyang malah kembung.
Sudah saatnya Ceu Iis, Mpok Ida, Mas Mijan dan semua orang untuk sadar akan perubahan iklim karena dampaknya nyata, terasa dan di depan mata.
[1] Tidak ada
[2] Perubahan iklim itu apa ya?
[3] Gerak cepat
[4] Nah.. ini ada broadcast, kata Mang Tram.
Penulis : Saefudin
Editor : Nira Yuliana