Susur Sungai dan Observasi Keanekaragaman Hayati Kali Ciliwung dalam Hareuga Trip
Keterangan Foto : (dok/ pribadi/ Imam Wahyudin)
LPM Progress - Ciliwung Institute Condet atau dikenal sebagai komunitas Kali Ciliwung Condet adalah suatu jejaring komunitas Sungai Ciliwung. Komunitas yang berdiri sejak 1990 ini, terus bergerak aktif untuk selalu menjaga dan meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di sekitar Sungai Ciliwung.
Salah satu bentuk kegiatan komunitas ini adalah menyelenggarakan acara "Hareuga Trip", yaitu pengamatan terhadap ekosistem yang masih bertahan dan bahkan mulai tumbuh di sekitar Sungai Ciliwung. Kegiatan yang menjelajahi sisi hulu sungai ini berlangsung pada Minggu (20/9) yang tetap mengedepankan protokol kesehatan dengan menggunakan masker dan jaga jarak disetiap kegiatan berlangsung. Kemudian berakhir dengan ritual minum teh bunga hareuga sekaligus mendata ekosistem di kawasan monumen kebodohan ekologis atau proyek pembangunan beton yang terbengkalai sejak 5 tahun lalu.
“Kenapa temanya bunga hareuga dan titik akhirnya di monumen kebodohan ekologis, karena menurut kami pembangunan ini terutama di hulunya Ciliwung Jakarta yang mulai dari pintu air Manggarai itu tidak layak dan membahayakan Jakarta,” ucap Sudirman Asun selaku pengurus Ciliwung Institute.
Sudirman juga menjelaskan bahwa elevasi kemiringan kontur bantaran Ciliwung ini masih sangat curam yang mengakibatkan laju air semakin cepat. Hal ini semakin membuat terbentuknya pendangkalan sungai dan air yang meluap. Jika dibuat tembok besar, maka air akan ke tepi sungai yang mengakibatkan banjir terutama di hilir Sungai Ciliwung.
Acara ini dibuat bersamaan dengan agenda The Home River Bioblitz yaitu proyek yang di buat oleh National Geographic.
“Jadi di setiap negara mengadakan acara ini di hari yang sama yaitu mengindikasi flora dan fauna di sekitar sungai yang diabadikan melalui aplikasi iNaturalist,” ungkap Novita Anggraini, salah satu panitia Hareuga Trip.
Beberapa akademisi dan peneliti juga ikut dalam Hareuga Trip ini. Salah satunya adalah Adi kristanto selaku koordinator Jakarta Birdwatcher's Society. Dia mengharapkan agenda ini dapat menjadi sarana untuk melihat keanekaragaman hayati yang masih bertahan di Sungai Ciliwung ini.
“Sebelumnya, saya dan tim saya pernah mendata sekitar tahun 2007, di bantaran kali Ciliwung ini ada sekitar 35 burung, jadi dengan adanya kegiatan ini masih ada kah atau sudah tersingkir setelah adanya pembangunan proyek beton ini. Itu yang harus kita cari tau,” jelas Adi Kristanto yang juga merupakan dosen di salah satu perguruan tinggi.
Selain menjelajahi, mendata keanekaragaman hayati, dan berakhir dengan ritual minum teh di atas proyek beton Sungai Ciliwung, pada sesi akhir acara Hareuga Trip, Sudirman Asun juga membuat Workshop Potensi Native Bee yaitu Budidaya Madu Klanceng yang coba dikembangkan dan diharapkan dapat dibuat oleh warga sekitar Ciliwung.
Meskipun hujan turun, acara yang diikuti oleh berbagai Komunitas peduli Ciliwung dan peduli alam ini tetap berjalan sesuai dengan susunan yang sudah dibuat. Adanya agenda ini, Ciliwung Institute mengharapkan agar terjalinnya silaturahmi antar komunitas ataupun warga sekitar untuk peduli dengan Ciliwung. Agenda ini juga sekaligus menumbuhkan optimisme untuk terus menjaga dan mempertahankan Sungai Ciliwung agar bisa dilihat dan dilestarikan dari generasi ke generasi berikutnya. Tentunya akan ada agenda lanjutan yang akan terus dibuat agar Sungai Ciliwung tetap diingat dan dilestarikan.
Penulis : Imam Wahyudin
Editor : Refa Tri Ustati