Alter Ego: Desakan Ekonomi dan Demi Kuliah, Memperkenalkanku pada Dunia Konten Dewasa

Alter Ego: Desakan Ekonomi dan Demi Kuliah, Memperkenalkanku pada Dunia Konten Dewasa

Ilustrasi oleh Yazid Fahmi

 

LPM Progress — Perkenalan pertama dengan sosok bernama Kryze adalah sesuatu yang aneh. Dimulai dengan terlibat dalam satu komentar thread dan berakhir dengan stalking profil Twitternya. Menariknya, dari profil itu ada keinginan untuk memulai obrolan dengan direct message (DM), karena pesan yang tertulis pada bio di profil Twitternya. Siapa orang yang tidak penasaran jika bio singkatnya berisikan tulisan “Yang lihat bio gue, coba DM gue. Entar gue kasih tahu sesuatu”. Dari direct message itulah dia memperkenalkan dirinya sebagai pembuat konten dewasa dan akunnya merupakan akun alter ego yang memang dibuat untuk Not Safe For Work (NSFW).

Akun Twitter Kryze awalnya bukanlah akun NSFW melainkan akun alter ego biasa yang memang digunakan untuk mencari teman baru. Kryze baru mengenal dunia NSFW di penghujung 2019 ketika melihat adanya akun-akun yang menjual konten dewasa itu. Meski begitu dirinya tidak menampik bahwa awalnya ia pernah bertukar gambar dengan mutualnya yang dikenal di twitter.

“Awalnya chat-an sama mutualan, udah agak lama obrolannya itu masuk, kadang kayak gue tawarin gitu. Kayak gue kirim, terus mereka kasih feedback gitu. Udah agak lama, gue baru tahu kalau ada yang jual konten-konten gitu. Gue juga coba pelajari dulu tuh, jual konten-konten itu gimana, terus range harganya berapa. Akhirnya gue cobalah ikutan jual konten itu,” jelas Kryze ketika dihubungi melalui panggilan telepon WhatsApp.

Sebelum pandemi, Kryze adalah orang yang cukup selektif dalam menjual kontennya. Dirinya mengakui tidak semua orang bisa membeli kontennya, kebanyakan yang membeli konten Kryze adalah mutualnya yang sudah chat dengan dirinya sebelumnya. Tetapi ketika pandemi masuk ke Indonesia, dirinya mengakui bahwa tidak bisa lagi selektif dalam menjual kontennya.

“…iya (selektif), tapi sekarang sih udah ngga karena sepi parah. Pertama, karena saingan udah banyak, mereka juga ngirimnya Sex Tape, terus ditambah pandemi gini lagi pada susah semua,” ujarnya.

Kryze juga sering berpikiran bahwa ia akan kalah saing dalam menjual kontennya. Dibandingkan dengan pembuat konten dewasa lainnya, kontennya diakui tidak pernah memikirkan konsep. Dirinya juga tidak memiliki tim dalam membuat kontennya, sehingga mulai dari pra produksi sampai pemasarannya adalah ia yang melakukannya sendiri. Hal ini dilakukan karena memikirkan resiko yang harus diambil jika melibatkan orang lain dalam produksi dan pemasarannya.

Lanjutnya lagi, ia juga tidak ingin ikut-ikutan membuat Sex Tape, karena memikirkan resiko yang sangat tinggi. Kryze tetap memilih untuk menjual konten dewasa tanpa menjual konten hubungan intim dengan orang lain atau Sex Tape. Ia juga mengakui bahkan banyak orang yang menghubungi dan bersedia membayar dengan harga tinggi untuk mengirimkan video Sex Tape.

Menjual konten dewasa tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh Kryze sebelum akhirnya menjadi pembuat konten dewasa. Perempuan berusia 21 tahun itu mengakui tidak memiliki passion sama sekali dalam bidang ini dan bahkan bukan sesuatu yang menurutnya bisa dibanggakan. Menjadi seorang pembuat konten dewasa adalah keterpaksaan karena desakan ekonomi yang membuatnya harus melakukan itu. Dari menjual konten dewasa, Kryze mengaku dapat memenuhi kebutuhan untuk membeli buku, keperluan pribadi, dan kebutuhan kuliah lainnya.

“Kenapa gue jualan konten tuh, karena gue jarang dikasih duit jajan sama orang tua gue. Sedangkan gue kuliah, kebutuhan banyak yang mau beli buku, praktik, ini, dan itu lah. Kadang diajak teman sekedar nongkrong gitu. Orang tua gue tahunya cuma duit buat makan aja, tapi ngga mikirin yang lain-lain. Jual konten keterpaksaan sebenarnya kalau ngga mepet-mepet banget ngga mau juga gue," terang Kryze ketika ditanyakan latar belakang dirinya menjadi pembuat konten dewasa.

Suka duka dalam menjalani profesi pembuat konten dewasa juga sering dialami oleh Kryze, meski terkadang membuatnya kesal. Dikirimkan gambar alat kelamin oleh orang tidak dikenal dan ditipu oleh orang-orang yang berjanji untuk membeli kontennya. Hal lainnya adalah ketika tidak ada yang membeli kontennya, padahal ia sedang ada kebutuhan kuliah. Tetapi hal itu tidak lantas membuatnya membuka jasa lain seperti open BO (Booking Order), VCS (Video Call Sex), CS (Chat Sex), ataupun PS (Phone Sex).

Selain itu, Kryze sebenarnya menjual pangsit sejak tahun 2018, sempat vakum pada tahun 2019 dan baru kembali berjalan di tahun 2020 lalu. Dari berjualan pangsit ini ia tidak mendapatkan banyak uang, karena biasanya diambil kakak dan ibunya. Hal itu karena usaha pangsit ini adalah usaha keluarga, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Pada penutup ceritanya melalui telepon WhatsApp, Kryze mengatakan bahwa ia tidak akan selamanya menjadi pembuat konten dewasa. Dirinya hanya akan melakukan itu sampai dirinya menamatkan kuliahnya. Ia juga berharap bahwa apa yang dia lakukan tidak diketahui orang-orang terdekatnya dan kelak anak-anaknya. Buatnya, meskipun menguntungkan, ini bukanlah hal yang diinginkan dan dicita-citakannya, kalau bukan karena faktor ekonomi.

 

* liputan ini sudah berdasarkan consent dari narasumber dan mendapatkan persetujuan. Identitas dan alamat disamarkan demi privasi narasumber.

 

 

Penulis: Yazid Fahmi

Editor: Fadia Aulia Tsani