Melihat Sejauh Mana Akses Kampus Ramah akan Difabel di Unindra

Melihat Sejauh Mana Akses Kampus Ramah akan Difabel di Unindra

Sumber gambar: Freepik.com

 

LPM Progress -  Hak pendidikan untuk penyandang disabilitas tercantum pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Artinya, setiap mahasiswa memiliki kesetaraan dalam pendidikan dan juga menerima segala fasilitas tanpa memandang kekurangan mahasiswa.

Dikutip dari komnasham.co.id, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan. Bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama.

Berkaitan dengan hal tersebut, Irwan Agus Selaku Wakil Rektor I menjelaskan bahwa Unindra bukan kampus inklusif yang secara khusus menangani mahasiswa penyandang disabilitas. Walau demikian, Unindra memberikan dorongan kepada mahasiswa penyandang disabilitas yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 

"Kita wajib memfasilitasi semangat mahasiswa penyandang disabilitas yang ingin melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan ada beberapa mahasiswa tersebut yang kami rekomendasikan untuk mendapatkan beasiswa," ujarnya saat diwawancarai di Kampus A Unindra (22/2).

Unindra memiliki fasilitas khusus seperti kursi roda dan tongkat yang disimpan di gedung kesehatan. Selain itu, Unindra juga memiliki lift yang terletak di kampus A dan B yang dapat digunakan oleh dosen dan juga mahasiswa penyandang disabilitas. Namun, beberapa fasilitas tersebut tidak banyak diketahui oleh mahasiswa.

Selain fasilitas di atas, perlunya memiliki akses jalanan yang lebih baik bagi mahasiswa penyandang disabilitas agar mempermudah akses menuju kelas. Sejalan dengan Vanessa salah satu mahasiswa penyandang disabilitas dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, dirinya menuturkan bahwa ia pernah mendapatkan kelas lantai atas, karena hal ini ia harus menghafal setiap titik tangga yang dilewatinya.

Menanggapi hal tersebut Irwan Agus mengatakan bahwasanya Unindra belum bisa membuat jalanan khusus bagi mahasiswa disabilitas karena salah satunya jalanan Unindra yang terbatas, dan jika dilakukan akan semakin mempersempit jalanan yang ada. Dengan biaya kuliah yang terjangkau Unindra masih belum bisa berbuat banyak karena belum adanya bantuan pemerintah yang bisa mendukung hal tersebut.

Irwan Agus juga menambahkan untuk mahasiswa penyandang disabilitas mempunyai prioritas untuk mendapatkan kelas yang mudah dijangkau. Lebih lanjut, saat pelaksanaan ujian mahasiswa penyandang disabilitas harus menyiapkan satu pendamping yang nantinya akan membantu untuk membacakan soal dan juga menuliskan soal ujian. Pihak kampus juga memperbolehkan mahasiswa penyandang disabilitas mempergunakan laptop saat ujian jika hal tersebut bisa mempermudah mahasiswa penyandang disabilitas dalam pengerjaan soal.

Vanessa pun menanggapi jika tidak semua dosen memahami kondisi demikian. Pasalnya Vanessa sudah mengajukan menggunakan laptop agar lebih mudah mengerjakan soal ujian tanpa pendamping, namun hal itu ditolak oleh pengawas.

"Pengawasnya tidak memperbolehkan karena dengan alasan ujian tidak boleh memakai gadget. Padahal maksud aku, kan biar aku bisa menggunakan aplikasi membaca teks di handphone tanpa harusnya ada pendamping ujian. Karena yang ditakutkan aku tidak mendapatkan pendamping sampai dengan waktu ujian nanti,” ujarnya saat diwawancarai di KFC Cibinong (17/2).

 

Penulis: Ainur Rofiqoh

Wartawan: Valensiya

Editor: Puput Oktavianti