Seruan Aksi Massa: 25 Tahun Reformasi Gagal Total

Seruan Aksi Massa: 25 Tahun Reformasi Gagal Total

Sumber gambar: Dok/LPM Progress/Hidayah Al Khaliq

 

LPM Progress - Kamis (25/5), telah berlangsung aksi di depan Patung Kuda, Monas dalam rangka 25 tahun kegagalan reformasi. Aksi ini dihadiri oleh beberapa perwakilan mahasiswa dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Pembangunan Negeri Veteran Jakarta (UPNVJ), Universitas Pamulang (Unpam), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN), Universitas Atma Jaya, elemen masyarakat, dan serikat-serikat lainnya.


Aksi diawali dengan longmars lalu dibuka melalui orasi oleh Fadli selaku perwakilan mahasiswa UPN Veteran Jakarta, mengenai kekecewaan terhadap gagalnya reformasi. Aksi yang seharusnya dimulai pada pukul 10.00 WIB, mengalami keterlambatan, sehingga aksi dimulai pukul 15.14 WIB. Keterlambatan tersebut dikarenakan usaha mengumpulkan massa aksi dari instansi yang berbeda.


"Keterlambatan disebabkan karena gerakannya organik, jadi kita berusaha untuk mengumpulkan semangatnya yang berbeda-beda instansi juga," ungkap Taufik dari Universitas Paramadina.


Massa aksi sudah melakukan aksi simbolik memperingati 25 tahun reformasi di depan Gedung DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia) sejak 21 Mei 2023, tetapi mereka melaksanakan aksi kembali karena merasa perlu untuk terus mengingatkan dan meresapi dari tuntutan yang ada.


Adapun beberapa tuntutan yang dibawa massa aksi di antaranya;
1. Mewujudkan pendidikan gratis, ilmiah, demokratis, serta mengabdi kepada kepentingan rakyat, 
2. Jaminan kebebasan berekspresi dan tolak Represifitas, 
3. Hapuskan korupsi, kolusi, dan nepotisme, 
4. Tuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lalu, 
5. Cabut dan tolak kebijakan yang anti rakyat dan demokrasi Undang-Undang (UU) Cipta Kerja beserta Peraturan Pemerintah (PP) turunannya, Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan, UU Minerba, UU Sisdiknas, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), dan lain sebagainya,
6. Berikan jaminan kehidupan layak untuk rakyat, 
7. Selesaikan konflik agrarian, dan wujudkan reforma agraria sejati, 
8. Menolak keberadaan unsur militeristik dalam ruang publik.


Dengan tuntutan yang dibawakan, Taufik yang mewakili para aksi lainnya berharap agar mahasiswa kembali peduli dengan kebebasan dan kemerdekaannya yang menyangkut masa depan.


"Jika hanya sebagian orang saja yang menyuarakan hal tersebut, terutama isu lingkungan hidup, serta mahasiswa dan pelajar tidak peka terhadap isu tersebut maka akan membahayakan masa depan. Tentu saja karena hal ini menyangkut dengan masa depan kita," tutup Taufik.


Pukul 18.06 WIB, aksi ditutup dengan menyanyikan lagu buruh tani, dan massa aksi membubarkan diri dari titik aksi menuju rumah masing-masing.

 

Penulis: Dea Pitriyani
Reporter: Ainur
Editor: Amelda Kaspiyanti