
Ribuan Massa Turun ke Jalan Tuntut Keadilan Sosial di Hari Buruh Internasional
Sumber Gambar: Dok/LPMProgress/SalwaNabila
LPM Progress - Kamis (01/05), telah berlangsung Seruan Aksi May Day memperingati Hari Buruh Internasional di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat/Majelis Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR/MPR RI), Jakarta Pusat. Aksi ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat yang ada seperti Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK), Konfederasi Serikat Nasional (KSN), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan lain sebagainya.
Aksi diawali dengan long march dari depan Senayan Park sampai depan Gedung DPR/MPR RI pada pukul 10.00 WIB. Dengan membawa tuntutan, yaitu:
1. Cabut Undang-Undang (UU) Cipta Kerja beserta Peraturan Pemerintah (PP) turunannya, lawan badai Pemutusan Hak Kerja (PHK), sahkan Rancangan Undangan-Undang (RUU) Ketenagakerjaan Pro Buruh, memberikan kepastian dan jaminan kerja yang layak bagi kaum buruh.
2. Sahkan RUU Pekerja Rumah Tangga (PRT), berikan jaminan hukum bagi pekerja rumah tangga, hapuskan hubungan kemitraan, pengakuan status pekerja bagi pengemudi ojol, taksi online dan kurir, jamin dan lindungi pekerja medis dan kesehatan, pekerja perikanan dan kelautan, pekerja perkebunan dan pertanian, pertambangan dan buruh migran.
3. Hentikan penggusuran pemukiman dan tanah-tanah rakyat, jalankan reforma agraria sejati, berikan tanah dan teknologi pertanian bagi petani kecil.
4. Hentikan Proyek Strategi Nasional (PSN) yang melakukan pengrusakan terhadap lingkungan, sahkan RUU Masyarakat demi keberlangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat adat di seluruh penjuru negeri.
5. Cabut UU Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta tolak militer masuk kampus, pabrik, desa, dan tolak militer campur tangan urusan sipil, serta kembalikan militer ke barak.
May Day merupakan hari perlawanan terhadap tatanan kapitalisme global yang menindas mayoritas rakyat demi segelintir elite untuk menguasai alat produksi dan sumber daya. May Day juga sebagai momentum pengingat bahwa perjuangan ini belum selesai, dan pembebasan sejati hanya akan datang dari tangan rakyat sendiri.
Modereka Pratiwi selaku anggota organisasi Perempuan Mahardhika menyampaikan bahwasanya kondisi buruh saat ini sangat terpuruk, terutama buruh perempuan karena terlilit dengan situasi ketidakpastian kerja, jaminan pendapatan yang tidak pasti, serta rentan mendapatkan kekerasan dan diskriminasi.
Ia juga menambahkan bahwa pemerintah harus memberikan jaminan upah pekerjaan dan pendapatan bagi buruh. Solusi yang diberikan Presiden Prabowo juga dirasa tidak tepat karena program-program tersebut berpotensi menghancurkan alam dan ruang hidup masyarakat, seperti kemiskinan. Karena hal tersebut, banyak buruh terutama perempuan yang terpaksa menjadi buruh migran tanpa perlindungan.
"Kami tidak melihat keberpihakan Prabowo, yang ada malah taktik licik dan solusi palsu misalnya program makan gizi gratis," ujar Modereka Pratiwi saat diwawancarai di depan Gedung DPR/MPR RI, (01/05).
Sunarno selaku Ketua Kolektif Aliansi GEBRAK menyampaikan bahwa aksi ini sempat terkena intimidasi untuk tidak menggelar aksi di Istana Negara. Hal tersebut dikarenakan beberapa serikat bekerja dengan presiden melakukan May Day Fiesta di Monumen Nasional (Monas), sehingga ada beberapa penjagaan di pintu utama Istana Negara. Akhirnya aliansi GEBRAK mengalihkan aksi ke depan Gedung DPR/MPR RI dengan harapan pihak pemerintah dapat mendengar dan mendukung tuntutan para buruh.
"GEBRAK tidak diperbolehkan ke area tersebut dan akan dibatalkan jika tetap menggelar aksi di Istana Negara," ujar Sunarno saat diwawancarai di depan Gedung DPR/MPR RI, (01/05).
Dani selaku petani dan anggota organisasi Persatuan Petani Cianjur juga menambahkan bahwa saat ini petani jauh dari kata baik. Hal tersebut dikarenakan harga sayuran mengalami penurunan, serta di daerah Batu Lawang masih banyak lahan yang bersengketa dengan Bank Tanah.
"Saat ini, kalo disebut sebagai kesejahteraan masyarakat itu masih jauh," ujar Dani saat diwawancarai di depan Gedung DPR/MPR RI, (01/05).
Dani berharap dengan digelarnya aksi ini petani bisa mendapatkan kesejahteraan dan impian para petani dapat terwujud.
Lebih lanjut, aksi ini kemudian dipukul mundur oleh aparat kepolisian dan polisi juga menembakan water cannon kepada massa aksi.
Wartawan: Malaika Putra Aryanto
Penulis: Fachriza Arna Givari
Editor: Khoiru Nisa